Kenapa Berbeda Ras Padahal Adam Hawa adalah Nenek Moyang Kita?



Ini menjadi pertanyaan dan timbul perdebatan bagi kita semua bahwa kita meyakini semua manusia adalah keturunan Adam dan Hawa, yang kita ketahui di agama Kristen, Islam, Yahudi memiliki paham bahwa Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Tuhan dan diperintahkan Tuhan untuk beranak cucu dan penuhilah bumi. Itu berarti apabila Adam dan Hawa Nenek Moyang Manusia, Lantas Mengapa Kita Berbeda?

Saya memiliki jawaban secara ilmiah yang dapat mungkin membantu dan memecahkan rumusan masalah dan lebih memihak didasari pada paham Universal atau Menyeluruh secara luas dan umum.


Kalau menurut Teori Darwin, kita berasal dari Kera. Jika benar, mengapa Kera yang ada sekarang berhenti berevolusi menjadi manusia? Lantas apakah manusia juga tidak berevolusi menjadi makhluk lainnya?

Yang paling populer, manusia itu berasal dari Adam dan Hawa. Tapi, jika asal usulnya dari dua orang ini saja, mengapa banyak rupa dan warna pada manusia? Jika kita suka melihara hewan, keturunan yang didapat dari dua pasang indukan pasti tidaklah banyak perubahan.


MUTASI DNA


Tampilan fisik pada dasarnya sudah dikodekan dalam gen (DNA) kita. Gen dalam tubuh kita terletak dalam inti sel, dalam kromosom, yang tersusun dari untaian rantai DNA. DNA sendiri tersusun atas urutan pasangan basa (kode genetik) yang menyimpan semua informasi tentang bagaimana tubuh kita terbentuk, organ-organ bekerja, hingga tampilan luar tubuh kita.

Kode genetik dalam DNA diintepretasikan dalam ekspresi gen. Dikenal 2 istilah dalam ekspresi gen, yaitu genotip dan fenotip. Genotip adalah ekspresi gen yang terkodekan namun tidak muncul ke permukaan, sedangkan fenotip adalah ekspresi gen yang muncul dan teramati. Contoh dari genotip dan fenotip bisa dilihat dari penyakit bawaan. 2 orangtua normal bisa memiliki anak dengan kelainan jantung karena salah satu atau keduanya adalah carrier (pembawa) gen penyakit tersebut dari garis keluarganya. Dengan demikian, gen kelainan jantung adalah genotip pada orangtua, namun fenotip pada anak.

Lalu apa hubungannya dengan keragaman manusia? Keragaman pada manusia (begitu juga pada spesies lain) dapat ditelusuri melalui perbedaan urutan basa dalam DNA. Ada lebih dari 2 milyar pasangan basa yang menyusun rantai DNA. Jika rantai DNA yg terpilin dalam bentuk kromosom itu diurai, maka ia akan membentang sepanjang 1,8 m. Dari sudut pandang genetika, menusia, apapun rasnya adalah >99% identik, meskipun perbedaan itu hanya 0,00 sekian %, tidak ada gen yang persis sama.

Perbedaan urutan basa yang ditemukan pada sekelompok individu dalam suatu spesies disebut dengan ‘genetic marker’ (penanda gen). 2 individu yang memiliki genetic marker pada posisi yang sama mengindikasikan hubungan kekerabatan. Dari sinilah kita bisa menelusuri leluhur kita sesungguhnya dan dari mana mereka berasal. Semakin banyak genetic marker khas yang terdapat dalam suatu ras atau spesies, makin beragam karakteristik individu penyusunnya. Keragaman genetik (genetic diversity) semakin berkurang dengan adanya migrasi. Ketika sekelompok kecil dari nenek moyang kita bermigrasi ke daerah baru, pada dasarnya mereka membawa dalam diri mereka sample yang lebih kecil dari genetic diversity komunitas asal.

Studi menunjukkan bahwa benua Afrika memiliki genetic diversity tertinggi di muka bumi. Genetic marker dari ras-ras yang ada di seluruh dunia, baik Eropa maupun Asia, bersumber dari Afrika. Gen Afrika mengandung genotip yang berpotensi memunculkan ras-ras lain yang sama sekali berbeda dari mereka. Ketika sebagian dari mereka keluar dari tempat tinggalnya dan terpapar oleh lingkungan yang baru, maka dalam jangka waktu tertentu akan timbul mutasi yang akan merubah susunan basa dalam gen, membuat genotip berubah menjadi fenotip dan membuat mereka rentan terhadap penyakit tertentu.

PENGARUH LINGKUNGAN/GEOGRAFI

pengaruh lingkungan
Berkaitan dengan perbedaan warna kulit

Kulit terdiri dari beberapa lapisan yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Yang menentukan warna kulit seseorang adalah pada lapisan epidermis di mana pada lapisan ini terdiri dari dua bagian yaitu lapisan tanduk dan lapisan malpighi. Pada lapisan malpighi terdapat pigmen melanin yang memberi warna pada kulit. Semakin banyak jumlah pigmen maka semakin gelap warna kulit. Selain itu juga warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai faktor, yang terpenting adalah jumlah pigmen melanin kulit, peredaran darah, tebal tipisnya lapisan tanduk dan adanya zat-zat warna lain yang bukan melanin yaitu darah dan kalogen.

Di daerah tropis seperti Afrika dan Indonesia, umumnya memiliki warna kulit sawo matang dan cenderung gelap. Hal ini terjadi karena iklimnya yang panas dan sangat sering terkena paparan sinar matahari sehingga kulit beradaptasi agar dapat terlindung dari kerusakan yang terjadi akibat paparan sinar matahari yang mengandung sinar ultra violet. Karena itu, semakin gelap warna kulit maka ia akan semakin terlindungi terhadap sinar ultraviolet yang mana sinar tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah kulit bahkan kanker kulit.

Untuk pengaruh lingkungan ini lebih mudah dipahami karena daerah tempat tinggal mempengaruhi produksi pigmen di kulit, gan. Jadi wajar kalau warnanya beda-beda.


BERADAPTASI


Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu:


Adaptasi Morfologi

Yaitu adaptasi yang meliputi bentuk tubuh. Adaptasi morfologi dapat dilihat dengan jelas.

Contoh adaptasi morfologi pada manusia:

Kulit manusia akan menghitam jika berada di tempat panas.

Rambut-rambut halus yang berada di kulit manusia akan berdiri jika suhu udara rendah.


Contoh adaptasi morfologi pada hewan:

Bebek mempunyai selaput pada kakinya karena dia mencari makan di tempat yang berair.

Burung pelikan mempunyai paruh yang berkantung agar dia bisa membawa makanan untuk anaknya.

Harimau mempunyai taring agar mudah merobek mangsanya.


Adaptasi Fisiologi

Yaitu adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak .

Adaptasi fisiologi ada yang bersifat reversibel atau dapat kembali ke kondisi awal. Contohnya, jika seseorang yang biasa hidup di daerah pantai berpindah ke daerah pegunungan yang tinggi. Maka akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu meningkatnya jumlah butir-butir sel darah merah (eritrosit). Namun, jika orang tersebut kembali ke dataran, maka secara perlahan jumlah eritrosit akan turun atau normal seperti semula.


Contoh adaptasi Fisiologi pada Manusia:

Jumlah sel darah merah orang yang hidup di daerah pantai lebih sedikit dibandingkan orang yang tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan karena tekanan parsial oksigen di daerah pantai lebih besar dibandingkan daerah pegunungan. Jika tekanan parsial oksigen rendah, maka dibutuhkan lebih banyak sel darah merah untuk mengikat oksigen.

Ukuran jantung para atlet rata-rata lebih besar dari pada ukuran jantung orang kebanyakan.

Mata manusia dapat menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Ketika di tempat gelap, maka pupil kita akan membuka lebar. Sebaliknya di tempat yang terang, pupil kita akan menyempit. Melebar atau menyempitnya pupil mata adalah upaya untuk mengatur intensitas cahaya.


Adaptasi Tingkah Laku

Yaitu adaptasi berupa perubahan tingkah laku. Misalnya: ikan paus yang sesekali keluar ke permukaan untuk membuang udara, bunglon mengubah warna kulitnya menyerupai tempat yang dihinggapi.

Mungkin ada lagi yang bertanya "Tapi Mengapa Ras Negro Afrika pindah ke Eropa, Amerika Utara namun tetap saja tidak berubah menjadi Ras Kaukasoid?"

Pertanyaan yang cukup keliru dan juga masuk akal, namun jika kita melihat bukti saat ini tidak seikit yang dari Negro Afrika saat pindah ke Amerika terlihat kondisi fisik terutama pada keturunannya berbeda dengan Negro Afrika dari kulit lebih cerah dan hidung lebih mancung.

Mungkin ada dari beberapa pembaca juga mengalami hal yang sama saat pindah kesuatu lingkungan yang baru dan terasa terlihat ada perubahan pada diri dan cenderung keturunan lebih menonjol perubahan.

Perlu diketahui juga menurut ilmuwan hidung mancung dan pesek dipengaruhi dari lingkungan iklim. Penelitian yang dimuat dalam jurnal Public Library of Science (PLOS): Genetics ini memaparkan bahwa “bule” memiliki hidung mancung supaya bisa beradaptasi terhadap udara yang sangat dingin dan kering. Dengan hidung yang mancung dan ramping, udara yang dihirup pun tidak akan langsung masuk ke sistem pernapasan. Udara akan tertahan lebih lama di hidung sehingga suhu dan kelembapannya sempat diatur dan dihangatkan dulu sebelum menuju ke paru-paru. 

Selengkapnya baca juga Kenapa Orang Asia Banyak yang Pesek?
 => http://ranjesmanurung.blogspot.com/2018/09/mengapa-orang-barat-bentuk-hidung.html

Lalu adakah jawaban berdasarkan dari agama Kekristenan (Kitab Suci Alkitab dan Teologi) ? Ada, di artikel selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minum Soda atau Sprite Benar kah Mencegah Kehamilan?

Jangan Mau Gabung Smart In Pays(SIP) Pasti Menyesal - MLM Lagi

Kelebihan dan kekurangan Perguruan Tinggi Negeri Dan Swasta

3 DINASTI CHINA PALING KUAT

Apa itu Dresscode Smart Casual, Tips Pakaian Smart Casual Pria Wanita

Ukuran Kertas Standar ISO dalam unit cm (centimeter) dan Inch (Inci)

Pengertian Perbedaan Domain (COM, CO.ID, NET, ORG, WEB, GOV, BIZ, dan lainnya)

Benarkah Buddha Perintahkan Sembah Yesus Kristus ?

5 PERANG PALING MENGERIKAN SEPANJANG SEJARAH

5 RUDAL ANTI-KAPAL PALING MEMATIKAN DALAM SEJARAH