Misteri & Konspirasi Pengeboman Candi Borobudur Pada Tahun 1985

pengeboman Borobudur 1985 header
Pengeboman Candi Borobudur, adalah peristiwa pemboman peninggalan bersejarah Candi Borobudur dari zaman Dinasti Syailendra yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada hari Senin 21 Januari 1985.
Peristiwa terorisme ini adalah peristiwa terorisme bermotif “jihad” kedua yang menimpa Indonesia setelah peristiwa “Pembajakan Pesawat Garuda DC 9 Woyla” oleh anggotaKomando Jihad pada tahun 1981.
Beberapa ledakan yang cukup dahsyat menghancurkan sembilan stupa pada candi peninggalan Dinasti Syailendra tersebut. Otak peristiwa pemboman ini disebut sebagai “Ibrahim” alias Mohammad Jawad alias “Kresna” yang oleh kepolisian penyidik peristiwa pemboman ini disebut sebagai dalang pengeboman.
Walaupun begitu, sosok Mohamad Jawad, otak peristiwa peledakan Candi Borobudur ini masih belum ditemukan dan belum berhasil diringkus oleh kepolisian Indonesia hingga saat ini.
Tanggal kejadian peristiwa ini sering dikutip secara salah kaprah oleh pengguna blog di dunia maya sebagai tanggal 15 Januari dari sumber majalah Tempo.
Kondisi Candi Borobudur setelah di bom.
Tampak kondisi stupa di Candi Borobudur rusak setelah di bom.
Detik-Detik Sebelum dan Sesudah Peledakan
Ledakan itu terdengar 10 menit setelah Suyono dan Triyanto mulai berpatroli. Kedua anggota Satpam (Satuan Pengamanan) candi Borobudur (yang berjumlah 56 orang) itu terhenyak.
Sumber ledakan tidak mereka ketahui. Cuaca gelap pukul 01.30 Senin 21 Januari lalu itu menghalangi penglihatan mereka. Satu menit kemudian ledakan kedua terdengar. Kali ini terlihat kepulan putih di sisi timur candi Borobudur.
Bergegas kedua orang itu lari melapor ke pos induk. Secara beruntun, kemudian terdengar beberapa ledakan lagi. Ledakan terakhir, yang kesembilan, terdengar pada pukul 03.40, sepuluh menit setelah kepala Polres Magelang tiba di tempat kejadian. Tatkala para petugas naik ke candi, mereka menemukan pecahan batu berserakan di lantai dan tangga candi.
Di sana-sini terlihat tubuh-tubuh patung Budha tergeletak dengan kepala patah. “Ada sembilan dari 72 stupa yang ada di candi Borobudur yang diperkirakan menjadi sasaran ledakan,” kata Mayjen Soegiarto, panglima Kodam VII/Diponegoro, yang sekitar pukul 08.05 tiba di candi dengan helikopter.
Tujuh stupa yang rusak terkena ledakan terletak di sisi timur. Tiga stupa di lantai 8, dua stupa di lantai 9, dan empat di lantai 10. Pukul 05.30, tim Jihandak (Penjinak Bahan Peledak) dari Yon Zipur Magelang, yang terdiri dari tujuh orang dan dipimpin Kapten Mardjono, tiba di candi.
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (Syahril Chili, tempo.co)
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (Syahril Chili, tempo.co)
Pasukan Khusus Jihandak (Penjinak Bahan Peledak) Turun Tangan
Satu jam kemudian dua orang anggota tim Jihandak Polda Jateng tiba. Berembuk sejenak, kesembilan penjinak bom itu berdoa bersama, lalu memulai tugas mereka. Di teras pertama dan kedua (lantai 8 dan 9), tim Jihandak itu menemukan dua bom berupa batangan dinamit – yang belum meledak. Letaknya pada pantat patung Budha dalam stupa di samping kanan pintu timur.
“Kami agak ragu mengambil dinamit itu, karena timer-nya tak begitu kelihatan,” tutur Mardjono. Setelah diketahui timer dinamit pertama menunjuk angka 10.30, barulah bom itu diambil.
Di luar, timer dimatikan, lalu sumbu yang menghubungkannya dengan peledak dipotong. Dinamit kedua lebih sulit, karena timer-nya menggunakan jam tangan murahan Rotax.
“Detonator listrik yang digunakan kebetulan buatan RRC. Seperti diketahui, di Indonesia detonator semacam ini, selain yang buatan RRC, juga beredar buatan Swiss dan Jepang,” kata Pangdam Soegiarto dalam keterangan persnya Senin siang pekan ini di pendopo candi Borobudur.
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (Syahril Chili, tempo.co)
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (Syahril Chili, tempo.co)
Sumber tenaga yang digunakan: dua buah baterai National 1 1/2 Volt untuk tiap perangkat bom, yang terdiri dari tiga atau empat batang dinamit, yang masing-masing 100 gram. Dinamit yang dipakai TNT (TriNitro Toluen) tipe batangan PE 808/tipe Dahana. “Kabelnya halus dan dipatri dengan rapi,” ujar Soegiarto.
Menurut Mardjono, 34, pembuat bom itu “sudah termasuk profesional, untuk ukuran Indonesia”. Teknik elektronya cukup tinggi. Si pembuat, misalnya, hanya memasang jarum kecil arloji Rotax saja, yang dijadikan timer. “Artinya, menit dan detik tak bisa diketahui oleh penjinak,” kata Mardjono.
Serma (Pol.) Sugiyanto, anggota tim Jihandak Brimob Polda Jateng, di depan Pangdam Soegiarto juga menjelaskan, untuk merakit satu perangkat bahan peledak itu dibutuhkan sekitar 30 menit. Jadi, untuk merakit 11 buah bom yang dipasang di Borobudur itu diperkirakan perlu waktu sekitar 5 1/2 jam.
Siapa Otak Pelakunya?
Pangdam Soegiarto mengimbau, agar masyarakat tak guncang karena peledakan itu. “Masyarakat hendaknya meningkatkan kewaspadaan dengan meningkatkan siskamling,” ujarnya. Siapa pelakunya? “Belum diketahui. Sejauh ini belum ada yang ditangkap,” jawab Soegiarto.
“Tapi aparat keamanan kita sudah mendapat gambaran para pelakunya,” tambahnya. Melihat njlimetnya pekerjaan, diperkirakan pelakunya tidak sendirian. Mengingat kompleks candi ditutup pukul 18.00, Soegiarto memperkirakan pemasangan bom itu dilakukan malam hari. Peledakan Borobudur, candi Budha yang dibangun Wangsa Syailendra sekitar abad VIII ini, dengan segera mengundang kutukan.
“Sungguh tindakan yang biadab,” kata budayawan Yogyakarta Dick Hartoko. Peristiwa biadab itu cepat disiarkan lewat RRI dan TVRI pada Senin malamnya.
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (Yuyuk Sugarman, tempo.co)
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (Yuyuk Sugarman, tempo.co)
Presiden Soeharto sendiri menganggap pelaku peledakan itu “orang yang tidak mempunyai kebanggaan nasional, karena Borobudur adalah monumen nasional, bahkan sudah menjadi monumen dunia”.
Kepala Negara menegaskan hal itu setelah menerima laporan Menteri P & K Nugroho Notosusanto di kediamannya di Jalan Cendana, Senin pagi. Kata Nugroho, tidak tertutup kemungkinan bahwa peledakan dilakukan kelompok teroris.
Kerana dikala itu pemerintah, menurut Nugroho yang mengutip penjelasan Presiden, sama sekali tidak berniat menjadikan candi Borobudur tempat ibadat. “Sebab, bagi umat Budha yang ingin beribadat, pemerintah telah menunjuk candi Mendut.”
Karena Borubudur bukan tempat ibadat, siapa pun orangnya dan apa pun agamanya boleh mengunjunginya. Penegasan Presiden ini dianggap perlu agar semua orang tahu prinsip pemerintah dalam menangani monumen tersebut.
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (tempo.co)
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (tempo.co)
Kerusakan peledakan cukup parah
Dari sembilan stupa (yang tersusun dari 2.692 blok batu), diperkirakan 60% sampai 70% runtuh. “Dari sekian yang runtuh itu, yang sama sekali tidak bisa dipakai lagi ada 25 persen,” kata Gusti Ngurah Anom, kepala Suaka Sejarah dan Sejarah Jateng.
Dua arca Budha yang terletak di teras ketiga rusak amat berat, sedangkan yang lainnya rusak berat. “Dari sudut arkeologis, kerusakan ini sulit dinilai,” kata Anom. Patung yang rusak sedapat mungkin akan dilem.
Anom memperkirakan, perbaikan Borobudur memerlukan waktu lima sampai enam bulan, dengan biaya sekitar Rp 16,3 juta. Senin siang lalu, perbaikan candi langsung dimulai, dengan mengerahkan 50 pekerja. Hanya sehari itu candi ditutup untuk umum. Selasa lalu candi sudah bisa dikunjungi umum lagi.
Menurut Anom, kerusakan Borobudur tidak begitu berat, karena candi itu menggunakan sistem konstruksi goyang (movable), sehingga kalau ada ruas (sambungan) akan pecah, bagian batu bisa selamat.
Candi Borobudur selesai dipugar pada Februari 1983. Biaya pemugaran US$ 25 juta, 75% dari pemerintah Indonesia. Sisanya dari Unesco (US$ 6,5 juta) dan sejumlah penyumbang swasta lainnya.
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (tempo.co)
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (tempo.co)
Bom Borobudur 16 Tahun Kemudian, 17 Mei 1999
Seperti banyak kasus bom lain, peledakan Candi Borobudur 16 tahun lalu juga masih menyisakan misteri yang menyangkut dalang sebenarnya di belakang tindakan amoral itu.
Nama Ibrahim-alias Mohammad Jawad alias Kresna-disebut-sebut sebagai dalangnya. Anehnya, makhluk misterius itu tak diketahui batang hidungnya hingga kini. Aparat belum berhasil meringkusnya, apalagi mengorek motivasinya.
Memang, Abdulkadir Ali Alhabsyi, 40 tahun, yang ditangkap beberapa saat setelah kejadian, telah divonis oleh Pengadilan Negeri Malang dengan hukuman penjara 20 tahun karena terbukti sebagai pelaku peledakan itu. Dia memperoleh remisi Presiden RI setelah menjalani hukuman 10 tahun.
Kakaknya, Husein bin Ali Alhabsyi, 46 tahun, walaupun telah diganjar hukuman penjara seumur hidup di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru, Malang, tetap menolak tuduhan dirinya terlibat.
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (tempo.co)
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (tempo.co)
Pemerintahan Habibie memberinya grasi pada 23 Maret pada saat menjadi Presiden RI silam. Tapi Abdulkadir hanya pelaku di lapangan, dan Husein, ulama buta itu, hingga kini tetap menolak tuduhan menjadi dalang, bahkan menyatakan sama sekali tak terlibat.
Sekitar tujuh stupa rusak berantakan ketika Abdulkadir dan ketiga kawannya meledakkan sejumlah bom di kompleks candi bersejarah di Jawa Tengah pada 15 Januari 1986 itu. Pengeboman itu berkaitan dengan kasus kecelakaan ledakan bom di bus Pemudi Expressdi Banyuwangi dan peledakan Gereja Sasana Budaya Katolik Magelang beberapa waktu setelahnya.
Dalam pengadilan yang menjadi sorotan masyarakat luas itu, jaksa menuduh bahwa rentetan pengeboman itu merupakan aksi balas dendam Abdulkadir dan kawan-kawan yang muslim terhadap peristiwa Tanjungpriok pada 1983, yang menewaskan puluhan nyawa umat Islam.
Albdulkadir membenarkan motivasi peledakan itu sebagai ungkapan ketidakpuasan para mubalig, entah siapa, atas peristiwa berdarah itu. Namun, keterangan itu laik diragukan karena Ibrahim, orang yang disebut Husein sebagai dalangnya, tidak pernah dapat ditemukan oleh aparat sendiri.
Peristiwa itu juga meragukan dipandang dari konteks politik kala itu, ketika sejumlah elite politik yang bercokol di punggung rezim Orde Baru memberlakukan politik anti-Islam. Peledakan candi yang disebut satu dari tujuh keajaiban dunia itu dianggap sebagai rekayasa dari kelompok anti-Islam untuk menyudutkan kelompok Islam.
Kecurigaan itu semakin kuat bila kesaksian Abdulkadir didengarkan. Lelaki bertubuh tinggi besar dengan kulit berwarna gelap ini mengaku sebetulnya dia tidak mengetahui rencana pengeboman. Dia dan ketiga kawan lain pada awalnya hanya sekadar diajak oleh Ibrahim untuk berekreasi.
“Kita dulu diajak berkemah,” kata Abdulkadir mengenang peristiwa 16 tahun lalu itu. Mereka baru mafhum dengan rencana jahat itu setelah mereka sampai di Borobudur dan diberi bom-bom itu.
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (tempo.co)
Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang, Jawa Tengah (tempo.co)
Konyolnya, setelah “dikipasi” soal-soal balas dendam politik akibat peristiwa Tanjungpriok, keempat kawan itu akhirnya oke-oke juga.
Sebagai pelaku di lapangan, Abdulkadir mengaku tidak mengetahui seluk-beluk bom. Artinya, dia sendiri tidak profesional. Ketika mereka beraksi, bom telah dirakit secara rapi.
Bahan bom terbuat dari trinitrotoluena (TNT) tipe batangan PE 808/tipe Dahana. Tiap bom terdiri dari dua batang dinamit yang dipilin dengan selotip. Abdulkadir dan kawan-kawannya hanya tinggal memasangnya di dalam stupa dan memencet tombol berupa tombol arloji untuk mengaktifkannya.
“Yang merakit bom adalah Ibrahim,” kata Abdulkadir. Ketidakprofesionalan juga tampak dalam peristiwa ledakan bom secara tidak sengaja di atas bus Pemudi Express jurusan Bali yang mereka tumpangi. Bom yang mereka bawa waktu itu dimasukkan ke dalam lonjoran paralon berdiamater sekitar 30 sentimeter dan dimasukkan dalam tas.
Restorasi Candi Borobudur Setelah Peledakan (tempo.co)
Restorasi Candi Borobudur Setelah Peledakan (tempo.co)
Mereka tidak paham bahwa bom itu bisa meledak bila kepanasan. “Bom itu diletakkan di atas mesin. Karena panas dan memuai, meledaklah bom itu, ” kata Abdulkadir. Pendek kata, ilustrasi itu memperkuat kecurigaan bahwa Abdulkadir dan kawan-kawan hanyalah pelaku kelas teri dalam rentetan “teror politik” untuk Islam itu.
Soal Ibrahim atau Mohammad Jawad, si makhluk misterius itu, sosoknya konkret. Menurut penuturan Husein , orang itu pernah datang ke majelis taklim yang dipimpin Husein di Malang. Datang sebagai ustad, Jawad sering memberikan ceramah di situ tentang berbagai hal, termasuk soal kasus Tanjungpriok yang berdarah.
Tampak jenius di mata Husein, Jawad cukup mampu mempengaruhi anak-anak muda, termasuk Abdulkadir. Jawad itulah, menurut Husein, dalang peledakan Borobudur.
“Ternyata dia punya rencana-rencana peledakan yang baru saya ketahui setelah terjadi,” kata Husein. Persoalannya: mengapa aparat tak pernah mengejar Jawad?
Perbaikan Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang (tempo.co)
Perbaikan Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang (tempo.co)
Penangkapan tersangka dan proses peradilan
Setelah penyelidikan, polisi Indonesia menangkap dua bersaudara Abdulkadir bin Ali Alhabsyi dan Husein bin Ali Alhabsyi yang dituding sebagai pelaku peledakan Candi Borobudur ini.
Dalam persidangan kasus ini, jaksa menuduh bahwa tindakan pengeboman terhadap Candi Borobudur merupakan aksi balas dendam Abdulkadir dan kawan-kawan terhadap peristiwa Tanjung Priok tahun 1984 yang menewaskan puluhan nyawa pemeluk agama Islam. (baca: Tragedi Tanjung Priok 1984: Pembantaian Kaum Muslimin Oleh ABRI)
Abdulkadir membenarkan motivasi peledakan itu sebagai ungkapan ketidakpuasannya atas peristiwa berdarah tersebut. Namun keterangan itu kemudian diragukan, karena sosok Mohammad Jawad atau “Ibrahim” yang disebut Husein sebagai dalangnya kemudian tidak pernah ditemukan oleh kepolisian.
Perbaikan Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang (tempo.co)
Perbaikan Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang (tempo.co)
Menurut pengakuannya, Abdulkadir mengaku dia tidak mengetahui rencana pengeboman tersebut. Dia dan ketiga kawan lain pada awalnya hanya sekadar diajak oleh Mohammad Jawad untuk “berkemah” ke Candi Borobudur sebelum kemudian dibujuk oleh Mohammad Jawad untuk mengebom candi nusantara bersejarah tersebut.
Sebagai pelaku di lapangan, Abdulkadir bukanlah seorang profesional karena dia mengaku bahwa dia tidak mengetahui seluk-beluk teknikal sebuah bom dan hanya mengiyakan bujukan “Ibrahim” rekannya.
Setelah menyetujui bujukan Ibrahim, mereka kemudian diberikan sejumlah bom waktu rakitan yang telah dirakit secara rapi. Menurut pengakuannya, Ibrahim adalah orang yang merakit bom-bom tersebut.
Bahan bom terbuat dari trinitrotoluena (TNT) tipe batangan PE 808 / tipe produksi Dahana. Tiap bom rakitan terdiri dari dua batang dinamit yang dipilin dengan selotip. Abdulkadir dan pelaku yang lain kemudian hanya tinggal memasangnya di dalam stupa dan memencet tombol berupa tombol arloji untuk mengaktifkan bom waktu tersebut.
Abdulkadir kemudian divonis oleh Pengadilan Negeri Malang dengan hukuman penjara 20 tahun setelah terbukti sebagai pelaku peledakan itu. Kakak Abdulkadir, Husein bin Ali Alhabsyi kemudian dihukum penjara seumur hidup di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru, Malang.
Abdulkadir bin Ali Alhabsyi memperoleh remisi Presiden RI setelah menjalani hukuman 10 tahun, dan Husein bin Ali Alhabsyi kemudian mendapat grasi dari Presiden BJ Habibie pada 23 Maret 1999. Husein sampai sekarang menolak tuduhan atas keterlibatannya dalam peledakan Borobudur dan menuding Mohammad Jawad sebagai dalang peristiwa tersebut.
Restorasi Candi Borobudur Setelah Peledakan (tempo.co)
Restorasi Candi Borobudur Setelah Peledakan (tempo.co)
Meledaknya bus Pemudi Express
Peristiwa pengeboman Candi Borobudur ini berkaitan dengan kasus ledakan bom di bus Pemudi Express jurusan Bali yang meledak di Banyuwangi, Jawa Timur pada tanggal 16 Maret 1985.
Terungkap dari pengakuan Abdulkadir setelah penangkapannya, bahwa dia dan Husein menumpang bus tersebut pada saat kejadian, dan meledaknya bus tersebut adalah karena bom yang mereka bawa meledak secara tidak sengaja karena terpicu oleh panasnya mesin kendaraan tersebut.
Menurut pengakuannya, mereka tidak paham bahwa bom yang telah dimasukkan ke dalam lonjoran berbahan paralon berdiameter sekitar 30 cm dan dimasukkan dalam tas itu bisa meledak bila kepanasan. Bom tersebut mereka letakkan di atas mesin, dan karena panas dan pemuaian, meledaklah bom tersebut.
Peristiwa pengeboman Candi Borobudur ini diduga pula berkaitan dengan Peledakan Gereja Sasana Budaya Katolik Magelang, beberapa waktu setelahnya.
Dugaan lain
Peristiwa pemboman ini juga kemudian dianggap berhubungan dengan konteks politik kala tahun 1985, yaitu ketika sejumlah elit politik dalam rezim Orde Baru memberlakukan kebijakan yang mempersempit ruang gerak kepercayaan Islam.
Muncul juga dugaan bahwa peledakan candi Borobudur yang sangat sakral bagi pemeluk ajaran Buddha ini adalah rekayasa dari kelompok anti-Islam untuk menyudutkan agama Islam. Teori konspirasi semacam ini sangat populer di kalangan kaum Islam radikal.(Tempo/Wikipedia/berbagai sumber).
Perbaikan Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang.
Perbaikan Candi Borobudur Setelah Peledakan di Magelang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minum Soda atau Sprite Benar kah Mencegah Kehamilan?

Jangan Mau Gabung Smart In Pays(SIP) Pasti Menyesal - MLM Lagi

Kelebihan dan kekurangan Perguruan Tinggi Negeri Dan Swasta

3 DINASTI CHINA PALING KUAT

Apa itu Dresscode Smart Casual, Tips Pakaian Smart Casual Pria Wanita

Ukuran Kertas Standar ISO dalam unit cm (centimeter) dan Inch (Inci)

Pengertian Perbedaan Domain (COM, CO.ID, NET, ORG, WEB, GOV, BIZ, dan lainnya)

Benarkah Buddha Perintahkan Sembah Yesus Kristus ?

5 PERANG PALING MENGERIKAN SEPANJANG SEJARAH

5 RUDAL ANTI-KAPAL PALING MEMATIKAN DALAM SEJARAH