5 SENJATA PALING MEMATIKAN KOREA UTARA

Ketegangan telah tumbuh di Asia setelah dua Korea kembali terlibat kontak senjata pada Kamis 20 Agustus 2015 lalu. Muncul sejumlah pertanyaan apakah Korea Utara memang benar-benar memiliki kekuatan untuk bisa melawan Korea Selatan yang secara teknologi telah meninggalkan tetangganya tersebut. Apalagi Korea didukung penuh oleh Amerika Serikat.


Selama ini Pyongyang dikenal sangat tertutup. Pemimpin mereka telah mengisolasi Korea Utara untuk tidak berhubungan dengan negara lain secara leluasa. Mereka juga dikabarkan sangat gencar dalam membangun kekuatan senjata mereka hingga rudal nuklir yang paling mematikan telah berhasil mereka bangun dalam bentuk kecil untuk kemudian didorong dengan cepat ke wilayah musuh yang jauh,. Dan hal ini menjadikan sejumlah pihak menyebut dalam kemisteriusannya, Korut telah menjadi rezim paling berbahaya di planet ini hari ini.

Kerap kali Korea Utara juga melakan provokasi dengan melakukan uji rudal mereka. Serta berkoar-koar untuk menyerang negara lain dengan senjata pemusnah massal. Hal ini menjadikan banyak orang semakin takut dengan negara komunis tersebut.

Apa saja yang akan menjadi andalan Korea Utara jika perang? Berikut lima senjata paling mematikan yang dimiliki negara tersebut.

1. DIRTY BOMB

Tidak hanya menempatkan senjata nuklir pada rudal untuk mencapai target, Korea Utara bisa memutuskan untuk mengirim beberapa tim dari pasukan komando di melalui terowongan rahasia di bawah zona demiliterisasi (DMZ) menuju seluruh sejumlah  kota besar di Korea Selatan. Mereka dipersenjatai dengan bom nuklir. Misi mereka untuk meledakkan paket bom atom di lima kota paling padat di Korea Selatan.

Tujuan bukan untuk menyerang fasilitas militer tetapi hanya untuk menciptakan kekacauan di seluruh negeri. Pyongyang bahkan bisa memberikan pukulan seperti ini meskipun mereka tidak memiliki rudal jarak pendek yang bisa dipersenjatai nuklir. Atau pengiriman konvensional ini bisa jadi lebih aman karena tidak akan terdeteksi oleh rudal pencegat yang bisa menembak jatuh rudal nuklir ketika masih dalam perjalanan.

2. SENJATA KIMIA

Senjata kimia terakhir dibersihkan dari Suriah. Tetapi sayangnya Korea Utara masih terus melakukan investasi untuk mengembangkan senjata tanpa pandang bulu ini. Menurut laporan Nuclear Threat Initiative (NTI), Pyongyang memiliki senjata kimia terbesar ketiga di dunia. Analisis NTI juga mencatat Korea Utara mungkin memiliki antara 2.500 hingga 5.000 ton agen CW. Pemerintah Korea Selatan menilai bahwa Korea Utara mampu menghasilkan sebagian besar senjata kimia di dalam negeri, meskipun harus mengimpor beberapa prekursor untuk menghasilkan agen saraf, yang telah dilakukan di masa lalu. Pada kapasitas maksimum, Korea Utara diperkirakan mampu memproduksi hingga 12.000 ton CW. Agen saraf seperti sarin dan VX diperkirakan akan menjadi fokus dari produksi Korea Utara.

Lalu bagaimana Pyongyang bisa menyerang Korea Selatan dengan senjata mematikan itu? Cara paling dekat adalah dengan menggunakan rudal atau artileri. Tetapi dengan sedikit kecerdikan, Korea Utara bisa juga menyebarkan senjata tersebut dengan menggunakan strategi pengiriman dirty bom di atas. Dengan sedikit perencanaan dan kecerdikan, Pyongyang bisa menggunakan plot seperti itu untuk membuat panik dan memperlambat waktu respon dari militer Korea Selatan dan Amerika yang harus sibuk mengatasi agen kimia yang mengambang di udara mereka.

3. SERANGAN NUKLIR KE AS

Sudah bukan rahasia lagi Korea Utara telah menguji rudal jarak jauh selama bertahun-tahun. Tapi apakah Korea Utara benar-benar bisa memukul Amerika dengan rudal  mereka masih belum bisa dipastikan.

Tetapi bagaimanapun kemungkinan ini tidak bisa dikesempingkan terutama oleh Amerika.  Jenderal Vincent Brooks, Komandan pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat di Pasifik memperingatkan baru-baru in bahwa Pyongyang memiliki kemampuan yang bisa mengancam secara fisik wilayah AS.

Skenario yang mungkin dilakukan Pyongyang dengan serangan ini adalah Pyongyang memiliki kemampuan untuk meluncurkan jarak jauh bersenjata atau nuklir ke Hawaii atau Alaska. Mereka tidak harus memilih-milih target jika tujuannya hanya untuk memunculkan rasa takut dan panik saat serangan diluncurkan.

Dengan tujuan untuk membuat teror maka kepulauan Hawaii yang lebih padat akan menjadi sasaran pilihan mereka. Sekali lagi tidak penting titik mana yang dituju. Perduli setan dengan apakah dia akan jatuh di fasilitas militer atau tidak. Tetapi sesuatu yang sulit mereka lakukan adalah bagaimana menjadikan rudal mereka bisa menerobos sistem pertahan udara Amerika.

4. SERANGAN ARTILERI

Skenario ini dilalukan Pyongyang dengan meluncurkan serangkaian serangan artileri besar-besaran di Seoul yang dipastikan akan memunculkan kekacauan besar. Bayangkan jutaan orang berlari keluar dari salah satu kota terbesar di Asia. Jika seseorang ingin mendorong rasa panik yang bisa membantu strategi invasi Anda, ini akan menjadi cara yang efektif untuk melakukannya.

Sementara banyak menunjukkan bahwa pasukan AS dan Korsel bisa secara cepat melumpuhkan serangan artileri dengan balasan yang lebih mematikan. Tetapi Pyongyang akan lebih dahulu berhasil menciptakan kerusakan besar dan eksodus warga Seoul.

5. CYBERSTRIKES

Sudah jamak Korea Utara menggunakan pasukan hacker mereka untuk melakukan serangan cyber ke sejumlah negara. Terakhir Amerika dikabarkan kalang kabut karena serangan ini. Tetapi apakah memang begitu canggih pasukan dunia maya mereka?

Jika sekadar membobol data sebenarnya kemampuan standar hacker di banyak negara. Tetapi akan sangat mampu jika pasukan cyber Korut mampu melumpuhkan jaringan listrika tau komunikasi Korea Selatan. Jelas ini akan membuat sistem di Seoul kerepotan termasuk untuk menanggapi serangan dari tetangganya tersebut

Sejumlah ahli memiliki pendapat berbeda tentang kemampuan Korea Utara dalam hal ini. Ada yang menyebut Korea Utara mampu melakukan intersep pada sistem krusiak Korea Selatan.Tetapi ada yang menilai kemampuan itu belum diraih. Apapun itu, serangan cyber Korea Utara akan menjadi salah satu senjata yang pasti akan digerakkan ketika terjadi konflik dengan negara lain.

Sumber: National Interest